Minggu, 17 Juni 2012

KH Zaini Nai’im : Barokah itu adalah bertambahnya kebaikan dalam setiap kebaikan

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas sehari-hari pada hari ini, Jumat 30 Maret 2012 di lantai dua  gedung Perwakilan BPKP Prov. Kaltim dilaksanakan acara siraman rohani menghadirkan Ketua MUI Samarinda KH. Zaini Na'im.

Acara yang dipandu oleh Saudara Abu Sofyan, dibuka oleh Kepala Perwakilan M. Bahdin bertujuan untuk menambah wawasan keislaman serta pencerahan bagi pegawai di lingkungan Perwakilan BPKP Prov. Kaltim dengan harapan kearifan, kebijaksanaan, keikhlasan dalam berkerja dapat diwujudkan dalam  menyikapi beban tugas yang diemban oleh BPKP.

Sebelum acara tausiyah dimulai, dilantunkan ayat suci Al Qur;an yang dibawakan oleh Sdr. Ady Kusuma Deni dengan saritiwalah oleh Sdri Dola Indrayani Putri.
 
Materi yang disampaikan oleh Ketua MUI Samarinda KH Zaini Na'im antara lain tentang karunia umur yang diberikan oleh Allah subhanahuwata'ala kepada kita, hidup yang terencana dan kiat-kiat supaya hidup tenang / barokah.
 
Mengawali tausiyahnya KH Naini Na’im mengatakan bahwa dalam perspektif Islam, antara orang hidup dan mati itu sama.  Hanya berpindahnya ruh saja yang membedakannya.

Menyikapi hal tersebut maka diajarkanlah oleh Nabi Muhammad doa bangun tidur  “Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihin nusyur”   yang artinya  “Segala puji bagi Allah, yang membangunkan kami setelah ditidurkanNya dan kepadaNya kami dibangitkan’ [HR. Al-Bukhari]

Bisa bangun tidur adalah sebuah nikmat yang sangat luar biasa. Ketika tidur kita tidak sadar apapun yang terjadi. Segala sesuatunya berada di luar kendali atau kontrol kita. Bahkan jika Allah berkehendak, bisa saja kita tidak dibangunkan, melainkan terus ditidurkan selamanya, mati!

Ketika bangun tidur kita masih bisa bernafas, berdiri, dan mengingat begitu banyak hal dan tetap memiliki skill dan knowledge seperti sedia kala sebelum tidur. Ini sungguh luar biasa!

“Inilah sikap orang beriman yang senantiasa bersyukur kepada Allah”, lanjut beliau.

Kesyukuran ini penting dikarenakan misi manusia diciptakan adalah untuk Ibadah. Kalaulah bukan untuk Ibadah kita tidak diciptakan oleh Allah.

“Untuk itu setiap aktivitas kita hendaklah berlabel Ibadah” timpal beliau.
 
Berikutnya beliau menyampaikan materi mengenai nikmat umur yang diberikan kepada Kita.  Dari referensi kitab yang beliau disampaikan, beliau menyampaikan bahwa yang dimaksud umur panjang antara lain
1.    Usia 18 Tahun
2.    Usia 40 Tahun
3.    Usia 60 Tahun

Kalau ingin menjadi baik dengan tahapan umur panjang tersebut sebenarnya bisa dilakukan, bahkan hanya dengan satu hari saja bisa dilakukan apabila ada upaya untuk menjadi baik.
 
“Orang yang sering menyeleweng adalah orang yang tidak ingat mati”, demikian ungkap beliau mengenai pemanfaatan umur yang dirangkai dengan banyaknya kesempatan untuk menunaikan ibadah haji yang selalu ditangguhkan.
 
Dihadapan peserta yang terdiri dari seluruh pegawai dan ibu-ibu Dharma Wanita beliau mengharapkan mumpung masih muda, masih kuat, bersegeralah menunaikan perintah Allah, khususnya berhaji, jangan menunggu jika sudah datang penyakit.

Sedangkan mengenai hidup yang terencana beliau mengupas sebuah hadist Rasulullah yang berbunyi :  “Barangsiapa yg bangun di pagi hari dan hanya dunia yg di pikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat hak Allah  dalam dirinya, maka Allah akan menanamkan 4 macam penyakit padanya :
1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya.
2. Kesibukan yang tidak pernah jelas akhirnya.
3. Kebutuhan yang tidak pernah merasa terpenuhi.
4. Khayalan yang tidak berujung wujudnya.[HR Muslim]
 
Untuk mengatasi permasalah diatas, KH Zaini Na’im mengupas sebuah hadist Rasulullah yang bersumber dari Kitab Tanbihul  Ghofilin “Barangsiapa yang ingin mata pencahariannya menjadi sesuatu yang baik, suci, barokah maka baginya untuk berhati-hati untuk menjaga lima perkara.
1.    Jangan seseorang dari kalian menunda kewajiban kepada  Allah hanya untuk memperturutkan kepentingan dunia, apalagi menguraninya.
2.    Jangan menyakiti orang hanya untuk mengejar dunia
3.    Jangan mencari penghidupan hanya untuk dirinya dan keluarganya, hanya menumpuk-numpuk harta.
4.    Hendaknya jangan berlebihan dalam mengejar dunia
5.    Jangan menganggap bahwa rejeki yang kita peroleh hanya dari usaha kita sendiri, hendaknya menyatakan bahwa itu karena karunia Allah, usaha manusia hanya sebab semata.
 
" Barokah itu adalah bertambahnya kebaikan dalam setiap kebaikan", demikain yang disampaikan oleh beliau mengakhiri tausiyahnya.

Humas BPKP – Lutfi Budiarto